BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang
umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan
depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung
dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat,
tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di
perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari
depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap.
Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita
tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
·
Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan
lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
·
Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.
·
Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
·
Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan,
dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi
pengarahan.
B. RENTANG RESPON ANSIETAS
Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).
C. TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
·
Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
·
Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.
·
Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
·
Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan,
dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi
pengarahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
I.
Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan
untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan
ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
II.
Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal
dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a.
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari.
b.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
III.
Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku
akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
|
Respons
|
Kardiovaskuler
|
•
Palpitasi.
•
Jantung berdebar.
•
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
•
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
|
Pernafasan
|
•
Napas epat.
•
Pernapasan dangkal.
•
Rasa tertekan pada dada.
•
Pembengkakan pada tenggorokan.
•
Rasa tercekik.
•
Terengah-engah.
|
Neuromuskular
|
•
Peningkatan reflek.
•
Reaksi kejutan.
•
Insomnia.
•
Ketakutan.
•
Gelisah.
•
Wajah tegang.
•
Kelemahan secara umum.
•
Gerakan lambat.
•
Gerakan yang janggal.
|
Gastrointestinal
|
•
Kehilangan nafsu makan.
•
Menolak makan.
•
Perasaan dangkal.
•
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
•
Rasa terbakar pada jantung.
•
Nausea.
•
Diare.
|
Perkemihan
|
•
Tidak dapat menahan kencing.
•
Sering kencing.
|
Kulit
|
•
Rasa terbakar pada mukosa.
•
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
•
Gatal-gatal.
•
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
•
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
|
Tabel 1. Respon
Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem
|
Respons
|
Perilaku
|
•
Gelisah.
•
Ketegangan fisik.
•
Tremor.
•
Gugup.
•
Bicara cepat.
•
Tidak ada koordinasi.
•
Kecenderungan untuk celaka.
•
Menarik diri.
•
Menghindar.
•
Terhambat melakukan aktifitas.
|
Kognitif
|
•
Gangguan perhatian.
•
Konsentrasi hilang.
•
Pelupa.
•
Salah tafsir.
•
Adanya bloking pada pikiran.
•
Menurunnya lahan persepsi.
•
Kreatif dan produktif menurun.
•
Bingung.
•
Khawatir yang berlebihan.
•
Hilang menilai objektifitas.
•
Takut akan kehilangan kendali.
•
Takut yang berlebihan.
|
Afektif
|
•
Mudah terganggu.
•
Tidak sabar.
•
Gelisah.
•
Tegang.
•
Nerveus.
•
Ketakutan.
•
Alarm.
•
Tremor.
•
Gugup.
•
Gelisah.
|
Tabel 2. Respon
Perilaku Kognitif.
IV.
Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress
dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber
koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
V.
Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas
individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi
tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b.
Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk
mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang
berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang
(agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan
agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara
fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan
dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego
(Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas
ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara
tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif.
3) Pemindahan
(Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap
dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi
(Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia
kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang
tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
7) Introjeksi
(Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan
selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak
dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak,
melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
PENGKAJIAN
IDENTITAS
KLIEN
Nama :
ny. X
Umur :
35 th
Pend :
Sarjana
Pekerjaan :
Karyawan swasta
Marital : Menikah
Jenis
Kelamin : Perempuan
AKSIS
AKSIS
1 : F 30-39 (gang alam perasaan/
ansietas)
AKSIS
2 : -
AKSIS
3 : -
AKSIS
4 : Ada masalah dengan suami,
suami tidak bekerja dan suka mabuk2an
AKSIS
5 : GAF 80 – 71
ALASAN
MASUK RS :
-
Tidak bisa tidur selama 3 hari, merasa
khawatir dan suka berdebar-debar
Terapi
Farmakologi
-
Diazepam
-
Lorazepam
-
Alprazolam
-
Propanolol
-
Amitriptilin
NO
|
NAMA OBAT
|
INDIKASI
|
DOSIS
|
E.S
|
MENGATASI E.S
|
1
|
DIAZEPAM
|
Pengobatan
jangka pendek pada penderita gejala ansietas
|
Ansietas:
2-10 mg (2-4x/sehari)
|
Mengantuk,
mual,
konstipasi,
sakit
kepala,
|
Diberikan
saat jam istirahat pasien
Mual
> berikan air hangat
Konstipasi
> berikan mak yg kaya serat
Sakit
kepala> anjurkan pasien istirahat
|
2
|
LORAZEPAM
|
Mengelola
gang kecemasan, membantu jangka pendek dari gejala kecemasan
Untuk
kecemasan yang terkait dengan gejala depresi
|
2-6
mg/hari
|
Mengantuk
Pusing
Gang.
Tidur
Bingung
Sakit
kepala
ketergangtungan
|
Gang.
Tidur> anjurkan untuk cukup tidur
Bingung>
Mendampingi
jika diperlukan, dianjurkan jangn pergi jauh2
Ketergantungan>
Menggunakan
obat seperlunya sesuai kebutuhan dan dosis
|
3
|
ALPRAZOLAM
|
Unk
mengurangi rasa abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter as.
Gamma-amino buttirat (gaba) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang
Antiansietas
dan antidepresi, antipanik
|
0.75
– 1.5 mg pada keadaan ansietas
0.5-1
mg pada keadaan panic
0.5-0.75
mg pada lansia
|
Ketergantungan
Sakit
kepala
Sedasi
|
Sedasi>
anjurkan beristirahat
|
4
|
PROPANOLOL
|
Dapat
mengobati kecemasan
|
20-40
mg/
Diberikan
secara oral 2-3x sehari
|
Keletihan
Pusing
Bingung
depresi
|
Keletihan+pusing>
anjurkan istirahat
Bingung>
temani pasien
Depresi>dihibur
beri semangat
|
5
|
Amitriptilin
|
Depresi,
diberikan bila berkaitan dg kecemasan, kegelisahan
|
Oral
30-75 mg/hari
|
Menyebabkan
terjadinya konstipasi, mulut kering, kebingungan
|
Konstipasi
> makan makanan yg berserat
Mulut
kering> banyak minum air putih/es
Kebingungan>
perawat menemanni
|
|
|
|
|
|
|
FAKTOR
PRESIPITASI
SOSIAL : Pasien ada masalah
dengan suami
Psikologi : klien takut orang tua kecewa bila
bercerai, merasa khawatir
Biologi : -
FAKTOR
PREDISPOSISI
Psikologi : pasien orang tertutup,
Social : Suami tidak bekerja dan suka
mabuk-mabukan
Biologis : -
ANALISA
DATA
DO :
-
Pasien diberi obat anti ansietas
-
Pasien orang tertutup
DS :
-
Pasien mengeluh tidak bisa tidur selama 3
hari, Pasien merasa khawatir, Sering bedebar-debar
-
Pasien ada masalah dengan suami
-
Klien ingin bercerai dengan suami tetapi
tidak diijinkan dengan mertua
-
Pasien takut orang tuanya kecewa bila dia
bercerai
-
Suami tidak bekerja dan suka mabuk2an
no
|
Data
|
Masalah
Keperawatan
|
1
|
DS:
Pasien mengatakan tidak bisa tidur selama 3 hari, merasa khawatir, sering
berdebar-debar
DO:
pasien diberi obat anti ansietas
|
Insomnia
|
2
|
DS
:
-
Pasien merasa kawatir, sering berdebar-debar, juga
pasien takut kalau orang tuanya kecewa bila bercerai.
-
Ada masalah
dengan suami
-
Klien ingin bercerai dengan suami tetapi tidak
diijinkan dengan mertua
DO
:
-
pasien diberi obat antiansietas
-
Pasien orang tertutup
|
Ansietas
|
PRIORITAS
:
1. ANSIETAS
2. INSOMNIA
NCP
DX
KEP
|
PERENCANAAN
|
||
TUJUAN
|
TIND KEP
|
RASIONALISASI
|
|
ANSIETAS
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien diharapkan dapat mengontrol
ansietas
Dengan
indikator:
1.
Monitoring tensitas dari ansietas (5)
2.
Mengeliminasi tanda dari ansietas (3)
3.
Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi ansietas
(5)
4.
Merencanakan strategi koping un mengurangi situasi
stress (5)
5.
Mencari informasi un mengurangi ansietas (5)
|
Penurunan kecemasan
1.
Gunakan pendekatan yg menenangkan
2.
Nyatakan dg jelas harapan thdp perilaku pasien
3.
Identifikasi tk kecemasan
4.
Bantu pasien mengenal situasi yg menimbulkan kecemasan
5.
Dorong pasien un mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
6.
Berikan obat untuk kecemasan sesuai resep dokter
|
1)
Supaya pasien merasa nyaman
2)
Membina hubungan saling percaya
3)
Mengetahui tk kecemasan pasien
4)
Menekan terjadinya kecemasan pada klien
5)
Untuk mengurangi ansietas atau parasaan ketakutan
6)
Untuk mengurangi keccemasan
|
INSOMNIA
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien diharapkan dapat
menunjukan pola tidur
Dengan
indikator:
Jam
tidur skala (5)
Pola
tidur (5)
Rutinitas
tidur (5)
Kualitas
tidur (5)
Susah
untuk tidur (5)
|
Sleep enhancement
1.
Jelaskan pentingnya kualitas tidur yang adekuat
2.
Determinansi efek medikasi terhadap pola tidur
3.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
4.
Monitor atau catat kebutuhan tidur atau jam tidur
pasien setiap hari oleh family
|
1)
Supaya pasien memiliki waktu yang cukup un istirahat
2)
Pasien mengetahui pengaruh obat terhadap jam tidur
3)
Supaya saat beristirahat pasien merasa nyaman
4)
Agar pasien dapatb beristirahat dengan teratur
|
PELAKSANAAN
|
EVALUASI
|
1)
menggunakan pendekatan yg menenangkan
2)
menyatakan dg jelas harapan thdp perilaku pasien
3)
mengidentifikasi tk kecemasan
4)
membantu pasien mengenal situasi yg menimbulkan
kecemasan
5)
mendorong pasien un mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
6)
memberikan obat untuk kecemasan sesuai resep dokter
|
31/5/2014
S:
-
Pasien mengatakan merasa lebih tenang
-
Pasien mengatakan tidak khawatir lagi
-
Pasien mengatakan sudah tidak lagi berdebar-debar
O:
-
pasien tampak lebih tenang
-
pasien sudah dapat tersenyum
-
TTV; TD: 120/90 mmhg, N: 88/menit, RR: 24x, S: 37 c
A: Masalah ansietas
klien mulai teratasi
P:
-
Menganjurkan pasien untuk minum obat 5B dan rutin
-
menganjurkan pasien untuk control setelah 1 minggu/
sblm obat habis
|
1)
Menjelaskan pentingnya kualitas tidur yang adekuat
2)
Meneterminansi efek medikasi terhadap pola tidur
3)
Menciptakan lingkungan yang nyaman
4)
Memonitor atau catat kebutuhan tidur atau jam tidur
pasien setiap hari oleh family
|
31/5/2014
S:
-
Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan tenang
-
Pasien mengatakan sudah minum obat secara teratur
O:
-
Pasien tampak tenang
-
Konjungtiva pasien terlihat tidak pucat
-
TTV; TD: 120/90 mmhg, N: 88/menit, RR: 24x, S: 37 c
A : Masalah
Insomnia mulai teratasi
P:
-
Menganjurkan pasien untuk istirahat secara teratur
-
Menganjurkan pasien untuk minum obat 5B dan rutin
-
menganjurkan pasien untuk control setelah 1 minggu/
sblm obat habis
|
REFRENSI
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis
keperawatan.jakarta:EGC.
Cowin,Elisabeth.J.2009.buku
patofisiologi.edisi 3 revisi.Jakarta:EGC
http://www.academia.edu/3626916/ASKEP_ANSIETAS
NANDA, NIC, NOC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar