Senin, 15 Desember 2014

ASKEP JIWA ANSIETAS



 BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.



Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:

1.    konsentrasi dan perhatian berkurang;
2.     harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3.    gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4.    pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5.    gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6.    tidur terganggu;
7.    nafsu makan berkurang.

Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
·         Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

·         Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

·         Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.

·         Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

B.     RENTANG RESPON ANSIETAS

 
 Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C.     TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
·         Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
·         Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
·         Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
·         Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.



 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.   PENGKAJIAN.

      I.        Faktor Predisposisi.

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a.    Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b.    Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c.    Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d.    Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e.    Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.




    II.        Faktor Presipitasi.

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a.       Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b.      Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

   III.        Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh
Respons
 Kardiovaskuler
•         Palpitasi.
•         Jantung berdebar.
•         Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
•         Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
 Pernafasan
•         Napas epat.
•         Pernapasan dangkal.
•         Rasa tertekan pada dada.
•         Pembengkakan pada tenggorokan.
•         Rasa tercekik.
•         Terengah-engah.
  Neuromuskular
•         Peningkatan reflek.
•         Reaksi kejutan.
•         Insomnia.
•         Ketakutan.
•         Gelisah.
•         Wajah tegang.
•         Kelemahan secara umum.
•         Gerakan lambat.
•         Gerakan yang janggal.
 Gastrointestinal
•         Kehilangan nafsu makan.
•         Menolak makan.
•         Perasaan dangkal.
•         Rasa tidak nyaman pada abdominal.
•         Rasa terbakar pada jantung.
•         Nausea.
•         Diare.
 Perkemihan
•         Tidak dapat menahan kencing.
•         Sering kencing.
 Kulit
•         Rasa terbakar pada mukosa.
•         Berkeringat banyak pada telapak tangan.
•         Gatal-gatal.
•         Perasaan panas atau dingin pada kulit.
•         Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem
Respons
 Perilaku
•         Gelisah.
•         Ketegangan fisik.
•         Tremor.
•         Gugup.
•         Bicara cepat.
•         Tidak ada koordinasi.
•         Kecenderungan untuk celaka.
•         Menarik diri.
•         Menghindar.
•         Terhambat melakukan aktifitas.
 Kognitif
•         Gangguan perhatian.
•         Konsentrasi hilang.
•         Pelupa.
•         Salah tafsir.
•         Adanya bloking pada pikiran.
•         Menurunnya lahan persepsi.
•         Kreatif dan produktif menurun.
•         Bingung.
•         Khawatir yang berlebihan.
•         Hilang menilai objektifitas.
•         Takut akan kehilangan kendali.
•         Takut yang berlebihan.
 Afektif
•         Mudah terganggu.
•         Tidak sabar.
•         Gelisah.
•         Tegang.
•         Nerveus.
•         Ketakutan.
•         Alarm.
•         Tremor.
•         Gugup.
•         Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


  IV.        Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

   V.        Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b.      Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1)      Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2)      Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3)      Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b.      Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.


Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)    Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2)      Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3)      Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4)     Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5)      Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6)      Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7)      Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8)      Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9)      Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11)  Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12)  Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14)  Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.



PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama                         : ny. X
Umur                          : 35 th
Pend                          : Sarjana
Pekerjaan                  : Karyawan swasta
Marital                        : Menikah
Jenis Kelamin          : Perempuan
AKSIS
AKSIS 1         : F 30-39 (gang alam perasaan/ ansietas)
AKSIS 2         : -
AKSIS 3         : -
AKSIS 4         : Ada masalah dengan suami, suami tidak bekerja dan suka mabuk2an
AKSIS 5         : GAF 80 – 71
ALASAN MASUK RS         :
-          Tidak bisa tidur selama 3 hari, merasa khawatir dan suka berdebar-debar
Terapi Farmakologi
-          Diazepam
-          Lorazepam
-          Alprazolam
-          Propanolol
-          Amitriptilin

NO
NAMA OBAT
INDIKASI
DOSIS
E.S
MENGATASI E.S
1
DIAZEPAM
Pengobatan jangka pendek pada penderita gejala ansietas
Ansietas: 2-10 mg (2-4x/sehari)
Mengantuk, mual,
 konstipasi,
sakit kepala,
Diberikan saat jam istirahat pasien

Mual > berikan air hangat

Konstipasi > berikan mak yg kaya serat

Sakit kepala> anjurkan pasien istirahat
2
LORAZEPAM
Mengelola gang kecemasan, membantu jangka pendek dari gejala kecemasan

Untuk kecemasan yang terkait dengan gejala depresi
2-6 mg/hari
Mengantuk
Pusing
Gang. Tidur
Bingung
Sakit kepala
ketergangtungan
Gang. Tidur> anjurkan untuk cukup tidur

Bingung>
Mendampingi jika diperlukan, dianjurkan jangn pergi jauh2

Ketergantungan>
Menggunakan obat seperlunya sesuai kebutuhan dan dosis
3
ALPRAZOLAM
Unk mengurangi rasa abnormal pada otak, menghambat neurotransmitter as. Gamma-amino buttirat (gaba) dalam otak sehingga menyebabkan efek penenang
Antiansietas dan antidepresi, antipanik
0.75 – 1.5 mg pada keadaan ansietas

0.5-1 mg pada keadaan panic

0.5-0.75 mg pada lansia
Ketergantungan
Sakit kepala
Sedasi

Sedasi> anjurkan beristirahat
4
PROPANOLOL
Dapat mengobati kecemasan
20-40 mg/
Diberikan secara oral 2-3x sehari
Keletihan
Pusing
Bingung
depresi
Keletihan+pusing> anjurkan istirahat

Bingung> temani pasien

Depresi>dihibur beri semangat
5
Amitriptilin
Depresi, diberikan bila berkaitan dg kecemasan, kegelisahan
Oral 30-75 mg/hari
Menyebabkan terjadinya konstipasi, mulut kering, kebingungan
Konstipasi > makan makanan yg berserat

Mulut kering> banyak minum air putih/es

Kebingungan> perawat menemanni







FAKTOR PRESIPITASI
SOSIAL                      : Pasien ada masalah dengan suami
Psikologi        : klien takut orang tua kecewa bila bercerai, merasa khawatir
Biologi                        : -
FAKTOR PREDISPOSISI
Psikologi        : pasien orang tertutup,
Social             : Suami tidak bekerja dan suka mabuk-mabukan
Biologis                      : -



ANALISA DATA
DO      :
-          Pasien diberi obat anti ansietas
-          Pasien orang tertutup
DS      :
-     Pasien mengeluh tidak bisa tidur selama 3 hari, Pasien merasa khawatir, Sering bedebar-debar
-          Pasien ada masalah dengan suami
-          Klien ingin bercerai dengan suami tetapi tidak diijinkan dengan mertua
-          Pasien takut orang tuanya kecewa bila dia bercerai
-          Suami tidak bekerja dan suka mabuk2an

no
Data
Masalah Keperawatan
1
DS: Pasien mengatakan tidak bisa tidur selama 3 hari, merasa khawatir, sering berdebar-debar

DO: pasien diberi obat anti ansietas
Insomnia
2
DS :
-          Pasien merasa kawatir, sering berdebar-debar, juga pasien takut kalau orang tuanya kecewa bila bercerai.
-           Ada masalah dengan suami
-          Klien ingin bercerai dengan suami tetapi tidak diijinkan dengan mertua

DO :
-          pasien diberi obat antiansietas
-          Pasien orang tertutup
Ansietas
   

PRIORITAS :
1. ANSIETAS
2. INSOMNIA
NCP
DX KEP
PERENCANAAN
TUJUAN
TIND KEP
RASIONALISASI
ANSIETAS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien diharapkan dapat mengontrol ansietas
Dengan indikator:

1.    Monitoring tensitas dari ansietas (5)

2.    Mengeliminasi tanda dari ansietas (3)

3.    Menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi ansietas (5)

4.    Merencanakan strategi koping un mengurangi situasi stress (5)

5.    Mencari informasi un mengurangi ansietas (5)
Penurunan kecemasan

1.    Gunakan pendekatan yg menenangkan

2.    Nyatakan dg jelas harapan thdp perilaku pasien

3.    Identifikasi tk kecemasan

4.    Bantu pasien mengenal situasi yg menimbulkan kecemasan

5.    Dorong pasien un mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

6.    Berikan obat untuk kecemasan sesuai resep dokter



1)    Supaya pasien merasa nyaman


2)    Membina hubungan saling percaya

3)    Mengetahui tk kecemasan pasien

4)    Menekan terjadinya kecemasan pada klien

5)    Untuk mengurangi ansietas atau parasaan ketakutan



6)    Untuk mengurangi keccemasan
INSOMNIA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien diharapkan dapat menunjukan pola tidur
Dengan indikator:

Jam tidur skala (5)

Pola tidur (5)

Rutinitas tidur (5)

Kualitas tidur (5)

Susah untuk tidur (5)


Sleep enhancement

1.    Jelaskan pentingnya kualitas tidur yang adekuat

2.    Determinansi efek medikasi terhadap pola tidur

3.    Ciptakan lingkungan yang nyaman

4.    Monitor atau catat kebutuhan tidur atau jam tidur pasien setiap hari oleh family


1)    Supaya pasien memiliki waktu yang cukup un istirahat

2)    Pasien mengetahui pengaruh obat terhadap jam tidur

3)    Supaya saat beristirahat pasien merasa nyaman
4)    Agar pasien dapatb beristirahat dengan teratur
PELAKSANAAN
EVALUASI
1)    menggunakan pendekatan yg menenangkan

2)    menyatakan dg jelas harapan thdp perilaku pasien

3)    mengidentifikasi tk kecemasan

4)    membantu pasien mengenal situasi yg menimbulkan kecemasan

5)    mendorong pasien un mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

6)    memberikan obat untuk kecemasan sesuai resep dokter

31/5/2014

S:
-          Pasien mengatakan merasa lebih tenang
-          Pasien mengatakan tidak khawatir lagi
-          Pasien mengatakan sudah tidak lagi berdebar-debar
O:
-          pasien tampak lebih tenang
-          pasien sudah dapat tersenyum
-          TTV; TD: 120/90 mmhg, N: 88/menit, RR: 24x, S: 37 c

A: Masalah ansietas klien mulai teratasi

P:
-          Menganjurkan pasien untuk minum obat 5B dan rutin
-          menganjurkan pasien untuk control setelah 1 minggu/ sblm obat habis

1)    Menjelaskan pentingnya kualitas tidur yang adekuat

2)    Meneterminansi efek medikasi terhadap pola tidur

3)    Menciptakan lingkungan yang nyaman

4)    Memonitor atau catat kebutuhan tidur atau jam tidur pasien setiap hari oleh family
31/5/2014

S:
-          Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan tenang
-          Pasien mengatakan sudah minum obat secara teratur

O:
-          Pasien tampak tenang
-          Konjungtiva pasien terlihat tidak pucat
-          TTV; TD: 120/90 mmhg, N: 88/menit, RR: 24x, S: 37 c

A : Masalah Insomnia mulai teratasi

P:
-          Menganjurkan pasien untuk istirahat secara teratur
-          Menganjurkan pasien untuk minum obat 5B dan rutin
-          menganjurkan pasien untuk control setelah 1 minggu/ sblm obat habis





 REFRENSI
 
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Cowin,Elisabeth.J.2009.buku patofisiologi.edisi 3 revisi.Jakarta:EGC
http://www.academia.edu/3626916/ASKEP_ANSIETAS
NANDA, NIC, NOC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar