Selasa, 07 Oktober 2014

DUA PULUH SATU

Ketika sedihku dan bahagiaku bersatu, aku tidak akan bisa membedakannya. Hanyalah sebuah keputusan yang akan membuatku menentukan respon di dalam keadaan demikian, tertawa atau menangis. Bahkan kadang ada yang menangis sambil tertawa ketika terlalu senang, bukan? Tetapi jarang ditemui menagis sambil tertawa bila sudah terlalu sedih. Ada pun pasti pemikiran kita langsung tertuju bahwa anak ini sedang "sakit".

Hari yang indah dimana akal, naluri, dan lisanku masih bisa bersyukur terhadap segala karunia yang Rabb-ku berikan. Hari dimana meskipun ada hal-hal yang membuatku sedih namun aku masih bisa berucap dengan sadar, bahwa inilah hidup. Menuliskannya didalam beberapa alinea, agar aku selalu ingat bahwa hidup itu memiliki dinamika dan aku telah melewati beberapa diantaranya. Karena jelas hidup itu berputar seirama dengan perputaran matahari, perputaran bumi, perputaran bulan mengelilingi bumi, perputaran bumi bersama bulan mengelilingi matahari, hingga pada perputaran antar galaksi. Semuanya berotasi seperti roda. Dan kita pun tahu bahwa satu sisi roda kadang letaknya dibawah dan diwaktu yang lain letaknya naik diatas. Semuanya berputar sesuai iramanya dan mengantarkan aku kedalam batas yang disebut kedewasaan. Semakin bisa mengendalikan diri didalam perputaran roda, semakin cepat kedewasaan datang kepada kita.  Karena itu tandanya kita sudah bisa mengatur diri sendiri. Sehingga apapun yang kelak dilakukan tidak bersinggungan dengan kepentingan manusia sekitar.

Hidup ini nyatanya unik dengan segala macam kompleksnya realita, belum lagi jika dibumbui naik turunnya kualitas iman. Jujur tidak ada yang lebih menyakitkan dari runtuhnya ideologi anak muda yang kalah dengan realita dunia. Banyak teman-teman yang aku temui ketika ideologi mereka runtuh lantas mereka menyerah, mengaku kalah, menutup diri, hilang dari peradaban bahkan yang lebih mirisnya berkeras hati mencari pembenaran atas keyakinan mereka yang salah. Virus ini makin kesini dikenal dengan sebutan "Syndrome Galau Akut". Calon-calon orang hebat di masa kini sangat jarang terhindar dari virus ini. Apalagi semakin besar beban tanggung jawab yang dititik berat di pundak mereka maka makin riskan seseorang terkena virus-virus kegalauan. Pada intinya aku selalu meyakinkan diriku bahwa semakin besar kesulitan anak muda, semakin sering kesedihan hidup menghampirinya dan semakin kokoh hatinya untuk bergerak dan menumbuhkan harapan baru, maka itu semua akan berbanding lurus dengan kepastian suksesnya kelak di masa depan.

Maka untuk kalian yang sedang bersedih diwaktu sekarang ini. Diam-diam membaca tulisan ini dan meresapi tiap arti tersirat didalamnya. Mulai dari sekarang mari bersama-sama bergerak dan membatasi waktu sedih. Hidup adalah pergerakan. Dimana satu kejadian dengan kejadian lainnya hanyalah mozaik dipapan puzzel yang harus dihubungkan dengan cara dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Bukankah rata-rata orang pun berpendapat bahwa sukses itu adalah ketika sudah berhenti berkarya lalu menengok hasil yang dikerjakan dan mendapati telah selesai dengan sempurna?

Dua puluh satu tahun menjalani kehidupan yang Tuhan titipkan. Maka sekali lagi aku harus terus bergerak. Bersinergi dengan perputaran kehidupan. Mempersingkat waktu sedih. Bertumbuh serta menjadi pribadi yang memiliki kedewasaan. Dan menjadi khalifah yang bermanfaat untuk umat. Karena: Aku bergerak  aku akan hidup, Aku diam aku tertinggal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar