1 . Defenisi
Labiopalatoshizis
adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit – langit rongga mulut dapat
melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit
– langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada
saat kehamilan.
Labiopalatoshizis yang terjadi seringkali berbentuk fistula, dimana fistula ini
dapat diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga mulut
dan hidung (Sarwoni, 2001).
2. Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat
menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis, antara lain:
- Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak
dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua.
Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis
terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan
manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor
genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang
kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
- Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
•
Asam folat
•
Vitamin C
•
Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam
folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut
dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu
gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ
selama masa embrional.
- Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
•
Jamu. Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi
jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada
penelitian lebih lanjut
•
Kontrasepsi hormonal. Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi
gangguan sirkulasi fotomaternal.
•
Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio
palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
-
Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
-
Aspirin (Obat – obat analgetika)
-
Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih)
Sehingga
penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.
4. Faktor
lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
•
Zat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi
rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik
yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ
selama masa embrional.
•
Gangguan metabolik (DM). Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit
diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h
•
Penyinaran radioaktif. Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan
terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat
mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
- Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio
palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama
pemakaian, dan wktu pemakaian.
3.
Klasifikasi
Berdasarkan organ yang terlibat
Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
Berdasarkan letak celah
•
Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
•
Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
•
Midline : celah terjadi pada tengah bibir
4.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio
palatoschizis adalah:
·
Kesulitan berbicara – hipernasalitas,
artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah pada bibir dan
palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi
sengau.
·
Maloklusi – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah
melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga
disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.
·
Masalah pendengaran – otitis media
rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba
eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
·
Aspirasi. Dengan
terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan menelan terganggu
akibatnya dapat terjadi aspirasi.
·
Distress pernafasan. Dengan
terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan mengakibatkan
distress pernafasan
·
Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah
pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas
ke dalam tubuh, sehingga kuman – kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran
pernafasan.
·
Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya
celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan
terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
·
Asimetri wajah. Jika celah
melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan kurangnya penyangga pada dasar
alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah.
·
Penyakit peri odontal. Gigi permanen
yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang
permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama dapat
menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal.
·
Crosbite. Penderita
labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih rendah
posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya
crosbite.
·
Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah
pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan
harga diri da citra tubuh.
5.
Manifestasi Klinik
Pada labio Skisis:
o
Distorsi
pada hidung
o
Tampak
sebagian atau keduanya
o
Adanya
celah pada bibir
Pada palato skisis
·
Tampak
ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
·
Adanya
rongga pada hidung
·
Distorsi
hidung
·
Terabaa
celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
·
Kerusakan
dalam menghisap atau makan
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada beratnya
kecacatan, Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi
yang adekuat, Mencegah komplikasi, Fasilitas pertumbuhan
dan perkembangan, Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato;
perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu
prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris,
merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan
makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan. Pembedahan pada
palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat
kecacatan. Awal fasilitaspenutupan adalah untuk perkembangan bicara.
Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan
operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan
kriteria “ rule of ten “, yaitu:
a. Umur
lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
b. Berat
lebih dari 10 pond ( 5 kg )
c. Hb
lebih 10 g / dl
d. Leukosit
lebih dari 10.000 / ul
Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutny
adalah menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15
– 24 bulan ) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak
belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali
hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal ( tidak sengau )
sulit dicapai.
Bila
Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan
laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring untuk
memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.
Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus
atau maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di
kanan kiri celah supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius
kista iliaca. Tindakan operasi terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah
pertumbuhan tulang – tulang muka mendekatiselesai, pada umur 15 – 17 tahun.
Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan
atas atau rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah
ortognatik memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah
posisinya maju ke depan.
Pada bayi yang langit-langitnya
sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa
tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada
saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi
kurang. Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di
pasang:
1.
Pemasangan
selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui
hidung..berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk
memenuhi intake makanan.
2. Pemasangan
Obturator/ “feeding plate” yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis,
semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan
pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli beranggarapan obturator menghambat
pertumbuhan wajah pasien, tp beberapa menganggap justru mengarahkan. Pada
center-center cleft seperti Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di
Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga
memungkinkan dilakukan penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali
kontrol dan tiap beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru
sesuai dg pertumbuhan pasien.
3. Pemberian
dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik-apotik besar. Dot ini bentuknya lebih
panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa, tujuannya dot yang
panjang menutupi lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke
kerongkongan. Karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit
lebih besar.Penatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara
lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi,
fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.